Kamis, 11 Mei 2017

Psoriasis dan cara saya mencintai diri sendiri

Mungkin banyak yang belum tahu apa itu psoriasis. Baik. Saya mulai dengan menjelaskan apa Psoriasis itu. Psoriasis adalah penyakit autoimun yang mengenai kulit, ditandai dengan sisik yang berlapis berwarna keperakan, disertai dengan penebalan warna kemerahan dan rasa gatal atau perih. Bila sisik ini dilepaskan maka akan timbul bintik perdarahan di kulit dibawahnya (dilansir oleh Wikipedia). Ya, kurang lebihnya begini, Psoriasis adalah penyakit autoimun yaitu bilamana seseorang sedang lelah atau daya tahan tubuhnya menurun, bisa juga diawali dengan stres dan depresi si imun-imun penjaga tubuh kita ini akan menyerang diri kita sendiri melalui kulit. Sebenarnya banyak juga pemicunya apa itu obat-obatan, udara, makanan, dan sebagainya, karena pada dasarnya setiap manusia itu berbeda. Hanya yang paling umum pemicunya dari stress dan daya tahan tubuh menurun itu (untuk saya).
Alhamdulillah, Psoriasis sudah menemani hidup saya selama 11 tahun belakangan ini sejak tahun 2006, ingat dulu saya kelas 3 SMA sedang semangatnya belajar untuk lulus karena standar tinggi yang harus dilalui saat itu. Sejak pertama kali mengenal Psoriasis ini perasaan jengkel, marah, malu, dan mengasihani diri sendiri selalu ada selama bertahun-tahun, memang Psoriasis ini tidak menyebabkan kematian hanya menurunkan kualitas hidup si penderita. Bayangkan saja anak umur 17 tahun, masih ABG yang masih ingin bersenang-senang dihadapkan oleh kenyataan bahwa Psoriasis akan selalu ada dalam dirinya. Tidak akan sembuh 100% hanya ada waktu remisi, tapi suatu saat akan timbul. 

Setelah bertahun-tahun mengalami ujian hidup silih berganti, saya akhirnya menyadari bahwa masalahnya hanya satu yaitu saya harus banyak-banyak bersyukur dengan adanya Psoriasis ini menemani hidup saya. Entah mengapa Psoriasis ini selalu memberikan saya "Rem" terhadap suatu hal. Entah kenapa Allah selalu ada buat saya, dan kesimpulannya adalah Allah sayang sama saya. Saya diberikan Psoriasis ini untuk kebaikan diri saya sendiri. Psoriasis bukanlah halangan buat saya untuk berekspresi, untuk melakukan hal yang saya senangi, hal yang kontradiktif dengan jiwa bebas dan kenekatan saya dengan psoriasis suatu waktu dulu yang membuat saya menerima nikmatnya sendiri. Tersakiti oleh orang (yang mungkin) karena psoriasispun saya pernah mengalaminya, tapi saya memaklumi dengan segala pertimbangan yang ada, dan dari sanalah saya dapat menilai seseorang dari hal yang paling besarnya, serta dampaknya untuk saya serta hal-hal teknis lainnya. Nikmat yang sungguh luar biasa yang Allah berikan bukan? Jadi saya berpikir bahwa psoriasis ini adalah penyelamat saya, bagaimanapun juga  semua hal yang terjadi dalam hidup manusia pasti ada hikmahnya.

Dari Psoriasis inilah saya belajar mencintai diri saya sendiri apa adanya. Sedikit demi sedikit saya memperbaiki diri, ingin menjadi manusia yang lebih baik di mata Allah, lebih menghargai tubuh saya, lebih menghargai pemikiran saya, berhenti mengasihani diri sendiri, berhenti mengeluh, memaafkan orang-orang yang telah menyakiti saya, menyayangi orang-orang yang telah baik dan menerima saya apa adanya. Apapun itu, menikmati segala ujian dan berkah yang diberikan Allah SWT dengan pikiran positif dan rasa syukur, karena masih banyak orang yang lebih menderita dari saya. Yang paling penting adalah saya tidak pernah berhenti berharap dan berusaha semampu mungkin untuk kesembuhan. Karena manusia hanya bisa berencana dan mendiagnosa, saya selalu percaya hanya Allah lah yang dapat menentukan segalanya.

Dengan bangga saya ingin memperkenalkan diri, nama saya Sasha Henty, umur 28 tahun, penderita Psoriasis selama 11 tahun yang masih menanti akan cinta Allah yang dititipkannya kepada seseorang untuk mencintai dan menerima saya apa adanya, begitu pula saya yang masih memohon untuk dibukakan hati akan orang itu, serta mencintai dan menerima apa adanya dia.

11 Mei 2017
Salam dari tempat tidur yang nyaman, karena jarum jam sudah mendekati jam 11.00 malam, waktunya saya menyudahi tulisan ini. 

XOXO,
Sasha Henty ❤️

Selasa, 19 April 2016

Little Girl in the Rain


 

Disana sedang hujan
Ada awan kelabu menggantung di situ
Sedih sekali sepertinya
Gadis kecil itu berdiri sendiri di hujan
Gaunnya basah, pipinya juga
Resah
Hatinya melamun
Hidupnya mulai ranum
Lalu ia melangkahkan sepatu kecilnya
Berjalan sambil mengusap pipinya yang masa lalu
Prahara terlalu besar untuk tubuh mungilnya
Tegar terlalu kecil urusan untuknya
Gadis kecil masih di sini, di bawah rinai menanti pelangi


A collaboration with priadesember
Words by shabumzki & priadesember
Sketch by priadesember 
Blog : http://priadesember.blogspot.co.id

pada malam tanggal 19 April 2016, shabumzki & priadesember 

Jumat, 08 April 2016

Kata Orang, Kata Teman, Katanya.

27 tahun.
kata orang di umur 27 berarti kau sudah mengenal siapa dirimu.
ya aku tahu.
kutahu itu sejak beberapa tahun lalu.
kala hidupku berada di titik nol.
titik terendah dalam hidup.
kata teman itu adalah prahara.
ya, memang.
sudah kulupakan pula masalah apa terjadi saat itu.
aku serasa terbang saat aku tahu siapa aku, dan memang untuk jadi dewasa itu sulit.
kata orang menjelang usia 24 adalah penentuan kedewasaanmu. apabila kau berhasil, kau tahu siapa kau sebenarnya.
sudah kulewati dengan besar hati.
kukunci mulut, kukunci otak, kukunci hati agar tak membenci.
dan saat aku sekali lagi dicoba, karakterku yang "katanya" dewasa itu mulai berkuasa.
"sudahlah... biar saja... toh waktu yang akan menjawab semua" gitu katanya.
sempat aku rasa lunglai, mulut yang terkadang jahat ini tidak mau kalah untuk berkuasa.
tapi akhirnya "sudah... sudahlahh... manusia memang terkadang prahara... nikmati saja.. toh waktu yang akan menjawab semua..."
sampai kuingat kata teman "Menuju kebahagiaan dibutuhkan perempuan yang kuat terlebih dahulu, kuat menerima, kuat membaca situasi, kuat berdoa, kuat dalam segala hal, kuat untuk mengerti tanpa harus dimengerti" seperti ituh.
apabila aku anak kecil mungkin aku akan tertawa. sepasrah itukah?! 
yah.. masa kecil itu sudah lewat kawan! aku sudah bosan.
sekarang aku sedang menikmati masa dewasaku.
ahh sudahlah nikmati saja. toh manusia itu kan prahara. 
tak ada prahara ya tak ada dewasa.


Ini bukan puisi.
Ini bukan prosa.
Ini hanyalah isi otakku yang ingin kukeluarkan.
Karena aku sedang bosan.



Current Time, Shabumzki.


Minggu, 09 November 2014

Biru


Tak seperti waktu itu
Sang Biru kalah telak oleh Sang Merah
Dikala Sang Merah mengharu biru
Aku mulai lelah
Begitu mudahnya dia membalikkan kapal tangguh itu 
Seraya aku lengah dia mulai meraja
Aku muak
Aku tak mau kalah
Aku kembali tangguh
Aku menjadi asing
Lebih baik asing
Semakin asing
Dia tak ingin jadi asing
Dia ingin dekat tapi Sang Merah menolak
Karena Sang Biru mulai bangkit 
Membantu menutupi serpihan yang rusak
Tapi dia tak kan lama
Dia disini tak terlihat

Words by Shabumzki.

Tengah Malam. Februari 2014. Saatku terjaga.

Rabu, 04 Desember 2013

Jogja - Magelang (Mei 2013) : Gagal Melihat Lampion


Mungkin tulisan ini cukup basi jika di publish sekarang, tapi trip ini dapat dikatakan mengawali petualangan saya di tahun 2013. Sangat spontan juga pada saat membeli tiket ke Jogja pada akhir april lalu, sampai tidak berpikir bahwa sebenarnya saya sudah memegang tiket ke thailand untuk 2 minggu setelahnya dan mau tidak mau harus menabung untuk kebutuhan di thailand. Tapi apa mau dikata, ajakan trip ini begitu menggiurkan! Tujuan utama kami adalah melihat lampion yang diterbangkan di borobudur, sungguh indah bukan! Untuk saya ini adalah makanan untuk si canon cantik. haha.. Gatal saya ingin membidik fenomena yang hanya diadakan setahun sekali ini pada hari raya Waisak.
Susah payah kami sampai di daerah borobudur, magelang dengan menaiki bis antar kota yang bentuknya seperti metro mini serta gaya menyetir si supir yang lebih gila dari supir bis mayasari bakti dengan harga Rp.20.000 saja sodara-sodara! Perjalanan panjang di awal memang tidak selalu membuahkan hasil yang indah diakhir. Setelah ditolak bermacam-macam penginapan dengan alasan penuh (karena pada saat itu memang sedang peak season di area borobudur) padahal kami sudah memesan dari jauh-jauh hari, akhirnya si pemilik penginapan mengalihkan kami ke rumah warga setempat. Bapak Ibu yang baik hati ini memperbolehkan kami menginap semalam dirumahnya beserta rombongan 2 ibu-ibu bule dari amerika.
Keadaan hujan pada saat acara berlangsung
Yah memang sudah nasib di buang penginapan sana-sini seharian penuh sambil menggemblok tas yang berat sangat itu seharian, kami beristirahat sebentar di rumah si salah satu pemilik penginapan dan menitipkan tas kami untuk bersiap menuju acara pelepasan lampion. Tentu saja kami excited walaupun pada saat itu cuaca sudah mendung dan akhirnya pada saat acara berlangsung HUJAN! Oke.. pertanda buruk. Panitia acara mengumumkan bahwa acara berlangsung sesuai dengan rencana. Tibalah acara puncaknya, pelepasan 1000 lampion. Saya ingat acara tersebut selesai jam 10.00 malam, dan saat itu hujan makin malam malah makin deras bukannya makin mereda, panitia kembali mengumumkan bahwa pelepasan lampion akan ditunda sampai hujan reda kira-kira 1 jam. Dan memang bukan nasib kami melihat langsung lampion-lampion terbang itu, setelah satu jam dan hujan semakin awet saja turun, para lampion itu pun akhirnya gagal diterbangkan. OH NOHHHHH!!!!! Penonton kecewaaahhh... Baiklah, bukan kesempatan kami pada saat itu untuk melihat lampion-lampion menari diatas langit malam magelang. Hasil akhir yang cukup mengecewakan, tapi setidaknya trip ini salah satu trip terabsurd dan penuh petualangan setelah johor. Saya memang sudah biasa backpacker-an dengan membuang segala itinerary yang sudah dibuat on the spot dan berjalan penuh dengan ketidakjelasan. Tapi trip ini benar-benar tidak ada itinerary, tidak ada rencana yang jelas karena memang tujuan kami hanya melihat lampion itu. hahaha..
Setiap perjalanan memang punya cerita tersendiri, dan mungkin trip pendek ini adalah trip yang punya banyak cerita untuk saya. Pastinya saya akan selalu mendapatkan cerita-cerita absurd dari sebuah trip yang saya jalani, entah memang saya yang cukup absurd orangnya atau memang keadaan yang menjadikan cerita itu menjadi absurd. well, who knows? But i love my journey. That's my life, my passion. :)

Setidaknya saya berhasil membidik foto cantik ini, sebuah negeri diatas awan
Pagi hari di desa melihat pemandangan indah ini
Benar-benar berasa jadi ninja hatori! Naik gunung turun lembah akhirnya kepantai
WOW! I love Indonesia
Diakhiri dengan menonton Ramayana Ballet di Candi Prambanan
At least i could see Prambanan Temple at night when there's no one inside :)

 Words and Photos by Shabumzki

Jumat, 29 November 2013

Movie Review : Ginger & Rosa (2012)



Ginger : I've loved you, Rosa, but we are very different. You dream of everlasting love, not me. Despite the horror and the sorrow, I love our world. I want us all to live. What really matters is to live and if we live, there will be nothing to forgive.

Film ini cukup membuat saya surprise, jalan cerita yang pada awalnya saya pikir adalah film tentang 2 orang remaja di dekade 1960an di London yang cukup liar dalam memandang hidup dan segala kenakalan-kenakalan pada jamannya. Tiba-tiba menjadi begitu kompleks, 2 orang sahabat ini secara fisik sangat mirip, karena memang mereka yang membuat sendiri kemiripan tersebut. Tapi tidak dengan kepribadian mereka. Ginger si remaja berambut merah (Elle Fanning) cenderung pendiam dan serius dalam segala hal, si penyuka sastra, penjunjung tinggi feminisme, aktivis nuclear holocaust. Sedangkan Rosa (Alice Englert) lebih sassy dan centil, bermimpi mengenai cinta sejati serta petualang cinta, dimana jika ada laki-laki menganggur akan diajak making out, dilain pihak Ginger menunggu sahabatnya menyelesaikan petualangannya dengan membaca atau merenung.
Titik balik yang menguji persahabatan mereka adalah pada saat keretakan rumah tangga orang tua dari Ginger. Rosa yang sedari kecil sudah mengenal ayah Ginger, lambat laun mempunyai perasaan lebih kepadanya dan memanfaatkan kerapuhan lelaki itu dan berhasil mendapatkan hatinya. Bayangkan betapa sakitnya saat tahu ayahmu berpacaran dengan sahabatmu sendiri. Kegalauan Ginger terhadap keadaan yang memaksanya harus tutup mulut agar ibunya tidak mengetahui hal tersebut, menahan tangis serta membiarkan ayah dan sahabatnya bermesraan didepan matanya. Kegalauan tersebut di sebabkan hanya satu, yaitu rasa sayang yang berlebih terhadap orang-orang tersebut.
Ginger mengalihkan semua rasa sakit hatinya dengan aktif ikut dalam demonstrasi dan menjadi aktivis, menganggap semua hal tentang nuklir itu adalah hal yang sangat serius yang harus dicegah karena dapat menyebabkan semua orang mati, padahal yang dia takutkan hanya satu yaitu keadaan absurd yang dia rasakanlah yang akan membuatnya mati pelan-pelan. Membohongi diri sendiri bahwa Affair yang dilakukan ayah dan sahabatnya bukan masalah besar dan semua akan baik-baik saja. Sampai pada sebuah titik dimana dia sudah tidak tahan lagi, dimana persahabatan dan kepercayaan hancur, dimana kebencian ada pada orang yang tidak seharusnya.
Menurut saya Akting kedua aktris remaja ini sangat meyakinkan. Saya salut dengan Elle Fanning, dia bisa memilih peran yang tidak mainstreem, saya ingat perannya jadi anak umur 13 tahun yang cool dalam film Super 8, betapa natural memainkannya. Sedangkan Alice Englert tergolong aktris pendatang baru yang menjanjikan. Chemistry persahabatan mereka yang begitu nyata membuat saya terhanyut di setiap adegan petualangan serta penyampaian pemikiran-pemikiran mereka yang wow! Sang sutradara (Sally Potter) tidak perlu susah-susah untuk membuat narasi yang berlebihan dalam setiap adegannya. Semua begitu lambat tapi natural dan tidak membosankan karena akan diakhiri dengan ending yang cukup membuat saya tercengang.


Words by Shabumzki


Jumat, 27 September 2013

I WRITE

Jakarta, 14 Mei 2013
Diatas tempat tidur yang nyaman dan ditemani bantal guling empuk.



Aku ingin menulis malam ini
Aku ingin menulis bagaimana sebuah obsesi tak lagi ada
Aku menulis bagaimana birunya perasaan terasa kebal
Aku menulis bahwa aku tidak lagi logis
Aku menulis bahwa jarak yang kuciptakan terlampau jauh
Aku menulis bahwa ketakutanku menjadi kekalutanku
Aku menulis bagaimana kau begitu cerdas
Aku menulis bahwa kecerdasanmu telah memenjarakanku
Aku menulis untuk keluar dari jeruji itu
Aku menulis bahwa aku kembali untuk keluar
Aku menulis bahwa ini adalah masih sebuah obsesi
Aku menulis bahwa otakku bercengkrama begitu kalut dengan jantungku yang melemah
Aku menulis bahwa aku melarikan diri, pergi tinggalkan mereka yang terlalu marah
Aku menulis bahwa menurut kabar otak terlalu kuat untuk si jantung
Aku menulis...........................................
Aku menulis bahwa obsesi itu tak lagi ada


Words by Shabumzki